Jumat, 25 Januari 2013

panggung yang kejam

tulisan ini diambil dari page kolom majalah tarbawi yang sangat menginspirasi




Dunia panggung itu sangat menggoda.
Tapi juga kejam.
Politik adalah panggung. sekaligus tempat di mana para politisi seringkali tertipu oleh bayang-bayangnya sendiri. Merasa selalu hadir dalam kesadaran seluruh masyarakat. Karenanya, begitu kalah dalam kompetisi politik mereka seperti tak percaya.


Mereka lupa, bahwa membangun kebesaran diri dengan citra tidak sama dengan menumbuhkan kekuatan diri dengan karya nyata. Kemajuan teknologi informasi, gurita industri media, memberi setiap orang kesempatan untuk terkenal tapi tidak dikenal.


Di negeri ini tidak ada yang lebih sabar dari rakyat. Mereka mengikuti seluruh hajatan politik yang melelahkan. Memilih calon presiden yang mereka anggap terbaik. Sesudah itu rakyat harus bergelut dengan dunianya sendiri. Namun, di panggung itu kalah dan menang rupanya tidak begitu saja selesai dengan mudah. Maka, bila segala yang telah diberikan rakyat kepada para calon presiden itu dianggap belum cukup, mereka tidak pernah lagi peduli.


Dunia panggung itu sangat menggoda. Tapi sekaligus kejam. Dunia konspirasi adalah panggung yang kejam.Tempat dimana para pelaku pemboman tertipu oleh perasaannya sendiri. Mereka bermimpi bisa menimbulkan kecurigaan massal di masyarakat. Ada sedih, pasti. Ada duka ,pasti. Tapi konspirasi murahan itu hanya komoditas segelintir orang. Para pengecut itu tidak pernah lebih berharga dari sampah.


Dunia panggung itu sangat menggoda. Tapi sekaligus kejam. Selebritas adalah panggung. Tempat dimana banyak artis tertipu oleh bayang-bayang mereka sendiri. Mereka pikir dengan terus memamerkan perselingkuhan bisa membuat mereka dicintai masyarakat. Atau memamerkan lelaki baru,perempuan baru, yang bukan siapa-siapa secara hukum, tapi sudah diperlakukan layaknya suami istri. Beberapa orang mungkin kagum. Tapi jutaan lagi merasa mual.


Popularitas di dunia panggung hari ini dibangun dengan jarak yang sangat jauh dari realitas. Dan, itu masalah terbesarnya. Di sana ada histeria. Saat-saat seorang yang merasa dirinya public figure yang dielu-elukan , dipanggil namanya. Saat orang-orang berebut untuk mencium tangannya. Ditambah lagi sorot lampu kamera, sorongan alat rekaman, yang telah berubah menjadi racun. Tapi histeria dunia panggung tidak sama dengan histeria di dunia realitas.


Dunia panggung itu sangat menggoda. Tapi juga kejam. Tempat banyak orang tertipu oleh bayang-bayang mereka sendiri. Mereka terkenal tapi tidak dikenal. Padahal, di negeri dengan penduduk lebih dari dua ratus juta orang, ada banyak orang-orang besar yang tak pernah punya kesempatan tampil di panggung.



#tulisan ini ditujukan untuk para pemimpin dan politisi yang gemar mengumbar citra diri di depan rakyat tanpa kerja nyata